Agama merupakan ruang yang diciptakan oleh
Allah untuk melindungi kehidupan manusia di bumi. Sebuah ruang yang dibuat agar
manusia dapat memasukinya. Di dalamnya, tersedia segala ketentuan yang mengatur
keseimbangan antara hak dan kewajiban manusia ala Tuhan. Walau semuanya telah
diatur, tetapi fungsi akal tidak mati, karena sebagian sudah siap saji, dan
sebagian yang lain masih perlu diolah dan dibumbui.
Islam dibawa oleh Nabi Muhammad sebagai ruang
itu. Dengan Al-Qur’annya, beliau menjelaskan segala aspek dan lini kehidupan.
Kehadiran agama baru di tengah-tengah penganut agama nenek moyang dengan
berbagai alirannya, tentu saja menimbulkan kehebohan bagi mereka, Tuhan banyak
saja terkadang masih kerepotan, apalagi ajaran yang mengatakan Tuhan itu hanya
satu.
Naluri manusia ketika melihat barang baru,
kebanyakan janggal dan akan timbul banyak pertanyaan. Lambat laun, setiap orang
yang dapat merasakan kebenaran dan keindahan Islam, memantapkan diri menjadi
pemeluknya. Sehingga sekarang Islam sudah tersebar di seluruh penjuru dunia.
Nabi Muhammad adalah rasul terakhir yang
diutus Allah kepada sekalian alam. Islam yang dibawanya tentu menjadi agama
terakhir yang diturunkan dari langit-Nya. Kedudukannya sebagai penyempurna
agama-agama terdahulu yang dibawa oleh utusan-utusan Allah masih menimbulkan
pertanyaan. Apa benar Islam adalah agama para nabi sebelum Nabi Muhammad? Lalu,
apakah ajarannya sama seratus persen?
Islam sebagai sebuah nama agama bukan
merupakan penamaan baru yang hanya dikhususkan untuk agama yang dibawa oleh
rasul terakhir. Namun, seluruh pendahulunya sudah ‘memproklamirkan’
keislamannya. Keotentikannya tidak hanya sebatas isi, melainkan sampulnya pun
sama.
Secara global Islam mencakup tiga aspek;
teologi (al-aqidah), ritual (al-syari’ah), dan
akhlak (al-khulq). Pertama, Seluruh Nabi –dari mulai Nabi
Adam sampai Nabi Muhammad- satu irama dalam berdakwah mengajak umatnya untuk
mengesakan Tuhan. Tidak ada Tuhan selain Allah. Mendeklarasikan bahwa dirinya
adalah utusan Allah yang mengajak umat untuk mengikuti jalan dan ajarannya. Di
dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa setiap utusan menyeru kepada tauhid. Ini dalam
ranah teologi atau keyakinan.
“Sembahlah Allah! Tidak ada Tuhan bagi kalian selain-Nya”. Ayat ini diulang-ulang dalam Al-Qur’an yang menceritakan bagai mana seruan para rasul sebelum Nabi Muhammad. Salah satunya berada di Al-A’raf: 59.
Kedua, Ritual atau
syariat Islam yang bersifat pokok selalu ada sejak islamnya Nabi Adam. Seperti
larangan dari melakukan dosa-dosa besar; membunuh, zina, dan seterusnya. Begitu
pula perintah untuk menunaikan salat, zakat, dan puasa. Perbedaannya terletak
pada aturan pasti yang mengatur cara pelaksanaannya. Hal ini bersifat
partikular. Perbedaan ini didasari oleh perbedaan situasi dan kondisi
masing-masing umat. Sebagian ajaran rasul terdahulu juga diadopsi menjadi
ajaran bagi umat Muhammad, seperti puasa Dawud.
Ketiga, tata
kerama yang terkandung dalam Islam tidak pernah melalaikan dua kelompok; akhlak
yang baik dan akhlak yang buruk. Akhlak yang baik selalu dianjurkan kepada
siapa pun dan kapan pun. Sebaliknya, akhlak buruk senantiasa dijauhi. Dimensi
akhlak tidak terbatasi oleh ruang dan waktu. Jujur, amanah, dan adil selalu
menjadi nilai keluhuran yang tidak pernah hilang.
Dengan tiga aspek tersebut, Islam sebagai
agama terakhir, Benar-benar menyempurnakan ajaran para rasul sebelumnya. Tak luput dari
relevansi dalam penerapannya. Nabinya menjadi nabi terbaik. Umatnya merupakan
umat terbaik. Begitu pun dengan ajarannya, paling sempurna.