'

Benarkah Islam Agama Para Nabi?

Sumber Gambar: https://www.rjeem.com
Agama merupakan ruang yang diciptakan oleh Allah untuk melindungi kehidupan manusia di bumi. Sebuah ruang yang dibuat agar manusia dapat memasukinya. Di dalamnya, tersedia segala ketentuan yang mengatur keseimbangan antara hak dan kewajiban manusia ala Tuhan. Walau semuanya telah diatur, tetapi fungsi akal tidak mati, karena sebagian sudah siap saji, dan sebagian yang lain masih perlu diolah dan dibumbui.

Islam dibawa oleh Nabi Muhammad sebagai ruang itu. Dengan Al-Qur’annya, beliau menjelaskan segala aspek dan lini kehidupan. Kehadiran agama baru di tengah-tengah penganut agama nenek moyang dengan berbagai alirannya, tentu saja menimbulkan kehebohan bagi mereka, Tuhan banyak saja terkadang masih kerepotan, apalagi ajaran yang mengatakan Tuhan itu hanya satu.

Naluri manusia ketika melihat barang baru, kebanyakan janggal dan akan timbul banyak pertanyaan. Lambat laun, setiap orang yang dapat merasakan kebenaran dan keindahan Islam, memantapkan diri menjadi pemeluknya. Sehingga sekarang Islam sudah tersebar di seluruh penjuru dunia.

Nabi Muhammad adalah rasul terakhir yang diutus Allah kepada sekalian alam. Islam yang dibawanya tentu menjadi agama terakhir yang diturunkan dari langit-Nya. Kedudukannya sebagai penyempurna agama-agama terdahulu yang dibawa oleh utusan-utusan Allah masih menimbulkan pertanyaan. Apa benar Islam adalah agama para nabi sebelum Nabi Muhammad? Lalu, apakah ajarannya sama seratus persen?

Islam sebagai sebuah nama agama bukan merupakan penamaan baru yang hanya dikhususkan untuk agama yang dibawa oleh rasul terakhir. Namun, seluruh pendahulunya sudah ‘memproklamirkan’ keislamannya. Keotentikannya tidak hanya sebatas isi, melainkan sampulnya pun sama.

Secara global Islam mencakup tiga aspek; teologi (al-aqidah), ritual (al-syari’ah), dan akhlak (al-khulq). Pertama, Seluruh Nabi –dari mulai Nabi Adam sampai Nabi Muhammad- satu irama dalam berdakwah mengajak umatnya untuk mengesakan Tuhan. Tidak ada Tuhan selain Allah. Mendeklarasikan bahwa dirinya adalah utusan Allah yang mengajak umat untuk mengikuti jalan dan ajarannya. Di dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa setiap utusan menyeru kepada tauhid. Ini dalam ranah teologi atau keyakinan.

“Sembahlah Allah! Tidak ada Tuhan bagi kalian selain-Nya”. Ayat ini diulang-ulang dalam Al-Qur’an yang menceritakan bagai mana seruan para rasul sebelum Nabi Muhammad. Salah satunya berada di Al-A’raf: 59.

Kedua, Ritual atau syariat Islam yang bersifat pokok selalu ada sejak islamnya Nabi Adam. Seperti larangan dari melakukan dosa-dosa besar; membunuh, zina, dan seterusnya. Begitu pula perintah untuk menunaikan salat, zakat, dan puasa. Perbedaannya terletak pada aturan pasti yang mengatur cara pelaksanaannya. Hal ini bersifat partikular. Perbedaan ini didasari oleh perbedaan situasi dan kondisi masing-masing umat. Sebagian ajaran rasul terdahulu juga diadopsi menjadi ajaran bagi umat Muhammad, seperti puasa Dawud.

Ketiga, tata kerama yang terkandung dalam Islam tidak pernah melalaikan dua kelompok; akhlak yang baik dan akhlak yang buruk. Akhlak yang baik selalu dianjurkan kepada siapa pun dan kapan pun. Sebaliknya, akhlak buruk senantiasa dijauhi. Dimensi akhlak tidak terbatasi oleh ruang dan waktu. Jujur, amanah, dan adil selalu menjadi nilai keluhuran yang tidak pernah hilang.

Dengan tiga aspek tersebut, Islam sebagai agama terakhir, Benar-benar menyempurnakan ajaran para rasul sebelumnya. Tak luput dari relevansi dalam penerapannya. Nabinya menjadi nabi terbaik. Umatnya merupakan umat terbaik. Begitu pun dengan ajarannya, paling sempurna.

LihatTutupKomentar